Jumat, 04 Maret 2011

Peng Tjoan Thian Lie

SOLD





Judul buku : Peng Tjoan Thian Lie
Penterjemah : Boe Beng Tjoe
Lengkap dan Tamat
Jumlah buku : 10
Harga semuanya : Rp 200.000,-

Sinopsis

Sungai es di puncak gunung laksana Thianho yang nyungsang,
Dengarlah kepingan es mengalir dengan bersuara perlahan sekali,
Ibarat suara tetabuhan yang dipentil dengan jeriji si gadis jelita,

Si nona tanya pada sang pengembara:
Berapa gunung es lagi yang harus kau daki?
Berapa topan lagi harus kau lewati?
Pengembara!
Sang elang di atas padang rumput pun tak dapat terbang terus-terusan,
Tapi kau jalan, jalan terus, jalan terus,
Sampai tahun apa, bulan apa, barulah kalian mau turun dari kuda?

Nona, terima kasih atas kebaikanmu,
Tapi kami tak dapat menjawab pertanyaanmu,
Apakah kau pernah melihat bunga di padang pasir?
Apakah kau pernah melihat gunung es menjadi lumer?
Kau belum pernah lihat? Belum pernah!
Maka itu, kami pengembara,
Juga tak akan berhenti jalan selama-lamanya.

Itulah suara nyanyian, diseling dengan klenengan kuda, yang pada suatu hari dapat didengar di padang rumput perbatasan Tibet. Nyanyian itu keluar dari mulutnya pengembara yang sedang lewat di padang rumput tersebut. Pegunungan Himalaya yang berentet-rentet, puncak-puncak gunung yang tertutup es dan menjulang tinggi sehingga menembus awan seperti juga sedang mendengari nyanyian itu yang menyedihkan hati.

Dan tanpa diketahui oleh sang penyanyi, satu pemuda bangsa Han turut pasang kupingnya. Air mata berlinang di kedua matanya. Ia menghela napas panjang dan berkata seorang diri: "Aku dan kalian tak ada bedanya. Kalian mengembara ke ujung langit, aku pun tak tahu kapan bisa dapat pulang ke kampung kelahiranku."

Pemuda itu she Tan, bernama Thian Oe, kelahiran Souwtjiu, daerah Kanglam. Ayahnya, Tan Teng Kie, dahulu pegang pangkat di kota raja, tapi lantaran ia berani ajukan pengaduan yang menyerang Ho Kun, satu menteri busuk yang sangat disayang oleh Kaizar Kian Liong, ia dikirim ke Tibet (Seetjong) sebagai Amban 1) (Soanwiesoe) pada sekte Sakya. Sedari waktu itu sampai sekarang, delapan tahun sudah lewat. Waktu datang di Tibet, Thian Oe masih anak-anak berusia sepuluh tahun, sekarang ia sudah jadi pemuda 18 tahun.

Berada jauh di tempat orang, hatinya Thian Oe sangat rindukan kampung halamannya, terutama lantaran ayahnya hampir saban hari ceritakan keindahannya Kanglam yang permai.

Jumlahnya pengembara itu ada belasan orang, antaranya terdapat orang Tibet, Uighur dan dua orang Han. Rupanya mereka bertemu di tengah jalan dan lalu membentuk satu rombongan penjual suara yang berkelana ke sana-sini. Kedua matanya Thian Oe yang mengikuti mereka mendadak terpaku kepada satu gadis dari suku Tsang yang memakai pakaian serba putih. Berjalan di antara kawan-kawannya, gadis itu adalah laksana burung ho di antara kawanan ayam. Lain orang menyanyi, ia sendiri tutup mulut rapat-rapat, sedang kedua matanya yang bersinar terang mengawasi langit dan awan tanpa berkesip. Duduk di atas sela, ia seperti juga tidak dengar suara kawan-kawannya, seperti sedang memikir sesuatu. Kalau bukan biji matanya masih bergerak-gerak, Thian Oe bisa salah mata dan menduga ia sebagai patung di atas kuda.

Selagi mengimplang seperti orang kehilangan semangat, tiba-tiba terdengar suara burung gagak di tengah udara. Thian Oe dongak dan mendadak dengar suara menjepratnya tali gendewa dan sebatang anak panah, yang dilepaskan oleh salah satu orang Han, menyambar ke arah ia. Dari mendesingnya sang anak panah yang menusuk telinga, ia tahu bahwa orang yang melepaskan mempunyai tenaga dalam yang sangat kuat.

Bidadari Sungai Es
Kisah ini merupakan lanjutan dari “ Peng Pok Han Kong Kiam (Pedang Inti Es)”. Cerita ini sebenarnya merupakan kisah pembuka dari “Perjodohan Busur Kemala” dimana di cerita ini dikisahkan awal munculnya Kim Sie Ie, dan mengapa ia dipanggil sebagai Tok Ciu Hong Kay (Pengemis Kusta Tangan Beracun) . Peng Tjoan thian Lie yang adalah anak dari Koei Hoa Seng dan seorang Putri Kerajaan Nepal yang berdiam di Istana Es yang dikarenakan istananya hancur akhirnya memutuskan untuk berpetualang di rimba Persilatan.

Pertemuannya dengan Tong Keng Thian yg adalah anak dari Tong Siauw Lan CiangBunjin partai Thian San Pay dan Kim Sie Ie membuat terjadinya cinta segitiga yang akhirnya dimenangkan oleh Tong Keng Thian. Para Pengawal Kerajaan (Busu) di Nepal yg selalu memohon Koei Peng Go sang Bidadari dari Sungai Es itu untuk menjadi Raja di Nepal, membuatnya kadang2 harus bentrok.

Beberapa tokoh sakti dari kisah “3 Dara Pendekar” dan “7 Pendekar Pedang dari Thian San” akan muncul. Cerita ini sebaiknya dibaca sebelum kita membaca kisah “Perjodohan Busur Kemala” yang merupakan salah satu karya Liang Ie Shen yg terbaik

SOLD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar